Ashim bin Tsabit (Yang tidak mau disentuh oleh orang kafir)

5 years ago Tausiyah

Ahdats Arraji', begitulah ulama sirah menamai tragedi ini. Jika pada fase sejarah Mekah ada yang dinamai am al huzni ( tahun kesedihan) maka dalam sejarah fase Madinah ada ahdats arraji' yang membuat Rasulullah sedih bercampur marah sebulan lamanya. Setiap subuh dalam tiap qunutnya Rasulullah mendoakan kehancuran untuk para pelaku pembunuhan para sahabatnya. Bahkan Allah turunkan ayat khusus untuk para sahabat yang gugur dalam tragedi itu meskipun akhirnya ayat itu dinasakh bacaannya.

Saya tidak akan menceritakan semua tragedi ini. Saya hanya ingin menceritakan salah satu syuhada yang gugur dalam kejahatan ini. Kisahnya penting untuk kita tahu agar memberi gambaran bagaimana sikap seorang muslim menghadapi orang kafir yang memusuhi, mengkhianati melecehkan dan merendahkan kaum muslimin.

Nama beliau Ashim bin Tsabit -semoga Allah mengumpulkan kita bersamanya di surga nanti-. Beliau adalah pemimpin rombongan yang diutus Rasulullah atas permintaan kabilah Adal dan Al Qarah untuk menjadi guru agama yang mengajarkan tentang Islam di dua kabilah ini.

Berangkatlah Ashim bersama lima sahabat lainnya. Di tengah perjalanan sebelum sampai di kabilah yang dimaksud mereka dihadang seratus pasukan siap tempur. Ternyata mereka bukan diminta untuk jadi guru agama tapi untuk dibunuh secara kejam dan tidak berperikemanusiaan. Para utusan yang datang menjemput hanya bersandiwara meminta dikirimkan guru agama. Mereka menipu Rasulullah, mereka sebenarnya menginginkan kedudukan dan harta ditengah-tengah kaum kafir Quraisy di Mekah. Melihat pengkhianatan dan kondisi yang tidak seimbang Ashim dan para sahabat berlari ke bukit untuk berlindung. 
Pemimpin pasukan yang menghadang menawarkan kepada mereka untuk mengalah dan tunduk serta akan diberikan jaminan keselamatan tapi Ashim tidak mau tunduk kepada mereka. Dia tidak mau mengalah kepada pengkhianatan. Lebih baik mati daripada membiarkan diri terhina di bawah bayang-bayang orang-orang kafir pengkhianat.

Ashim bersikukuh tidak akan mengalah dan berucap kata yang abadi. Ashim mengucapkan kata-kata yang menembus langit dan semua makhluk Allah bergetar mendengarnya. Kata-kata yang mesti dihafal dan dirapal setiap hari oleh mereka yang sangat cinta kepada kekafiran dan lebih memilih berbaur, bergabung berkongsi dan berbangga dengan kaum kafir yang memusuhi Islam.

"Demi Allah saya tidak mau menyentuh dan tidak ingin disentuh oleh orang-orang kafir sedikitpun selama hayat masih dikandung badan." Inilah kalimatnya, inilah ucapannya dan Allah mendengarnya dan Allah perkenankan kata-kata ini.

Ashim terus melawan hingga busur panahnya habis. Dia bertahan hingga tombaknya pun patah dan akhirnya tidak tersisa senjata melainkan pedang di tangan lalu dia pun berdoa. Doa Ashim ini akan kita bahas selanjutnya, saya khususkan buat para mujahid pembela agama.

Ashim memang akhirnya meninggal sebab enam lawan seratus pasukan bersenjata lengkap bukanlah perang tapi pembantaian.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah bersabda bahwa ada umatku dia hanya orang biasa, rambutnya acak-acakan, pakaiannya berdebu namun jika dia bersumpah atas nama Allah pasti Allah kabulkan dan dengarkan.

Jasad Ashim terbujur kaku bersimbah darah bersama dua orang sahabatnya. Tiga orang lain akhirnya mengalah dan menjadi tawanan.

Orang-orang kafir bermaksud memotong kepala Ashim dan memisahkan dengan jasadnya untuk dipersembahkan kepada Sulafah binti Saad, seorang perempuan musyrik yang suami dan empat orang anaknya tewas di perang Uhud. Dua orang anaknya dibunuh oleh Ashim, lalu ia membuat sayembara bahwa siapa pun yang bisa membawa kepala Ashim kepadanya akan diberikan hadiah seratus ekor unta.

Sulafah sangat dendam kepada Ashim, bahkan dia bernazar menjadikan tengkorak Ashim sebagai gelasnya untuk meminum khamar.

Tapi Allah sudah sangat cinta kepada sahabat ini. Allah sudah dengar sumpahnya. Saat kaum kafir pengkhianat tadi ingin mendekati jasad Ashim untuk memotong kepalanya tiba-tiba datang kerumunan lebah melindungi tubuhnya. Meihat kejadian tersebut mereka memutuskan menunggu hingga malam tiba.

Saat malam tiba dan lebah sudah hilang karomah lain tiba-tiba muncul, air banjir datang membawa jasad Ashim hingga hilang tidak tahu ke mana rimbanya.

Ashim bersumpah untuk tidak menyentuh dan disentuh oleh kaum kafir saat hidupnya maka Allah menjaga jasadnya setelah meninggal agar tidak tersentuh oleh orang-orang kafir.

Fa'tabiru ya Uli Abshar......

Sumber:

1. Assirah Annabawiyah fi dhau' Alqur'an wassunnah. Abu syuhbah
2. Assirah Annabawiyyah. Assallaby
3. Hazal Habib ya Muhibb, Al Jazairi
4. Al Yatim, Sameh Said (versi Indonesia nya berjudul Sang Yatim)

Terkait