Sabtu, 15 Februari 2025
Tulisan ini bukan ingin mengajak Anda untuk segera menikah dan punya anak. Bukan itu. Anda tidak usah menikah untuk segera punya anak. Banyak orang yang menikah dan beranak pinak tapi hakikatnya ia belum punya. Bagi saya, anak adalah seseorang yang bisa memberikan kebahagian dan senyuman untukmu di dunia dan akhirat. Jika tidak, sebenarnya ia bukan anakmu sekalipun ia lahir dari rahimmu. Ia tak lebih sebuah hiasan yang bisa jadi mencelakakanmu. Lihatlah Al Quran yang mengatakan, anak-anak dan harta itu tak lebih sebuah hiasan dunia.
Khalil Gibran pun berkata, anakmu-anakmu bukanlah anakmu, dia adalah anak zamanmu. Maka jauh-jauh hari Ali karramallahu wajhahu telah mengingatkan, didiklah anakmu, sebab ia akan hidup di zaman yang bukan zamanmu. Dan cerita berikut ini adalah buktinya.
“Tiba-tiba lantai sel penjara yang keras itu retak. Pecah, ia mengeluarkan air. Air jernih yang sangat segar. Saya dan seisi sel penjara meminum dengan puas. Puncak penyiksaan yang kami rasakan, derita yang kami alami tiba-tiba hilang berkat air itu,” kurang lebih seperti itu Dr. Yusuf Al Qaradawi berbicara pada sebuah koran Mesir bernama Afaq Arabiyah. Koran yang kini dibredel oleh pemerintah. Cerita Ini sebuah penguat, penolong dan berita gembira dari Allah bahwa mereka berjuang dalam kebenaran.
Banyak cerita menarik tentang Dr. Qaradawi, beliau Ulama yang kuidolakan. Ia bukan hanya ulama yang bercerita tentang teori-teori ilmu semata. Tapi ia terjun langsung ke lapangan dan memperjuangkan pemikirannya. Ia menyeru umat untuk melawan seluruh kedzaliman. Memimpin demonstrasi mengampanyekan boikot produk Isrel dan Amerika adalah contoh kecilnya.
Ia mengalirkan darahnya untuk memperjuangkan pemikiran dan keyakinannya. Kegigihannya berjuang membuatnya dipenjara. Dalam penjara ia justeru semakin yakin akan kebenaran perjuangannya.
Cerita lain tentang ulama besar ini adalah produktifitasnya menulis. Jalan-jalanlah ke perpustakaan atau toko-toko buku. Saya yakin, hampir semua perpustakaan dan toko buku memiliki koleksi karyanya. Ratusan buku ia telah tulis. Ratusan juga yang telah diterjemahkan keberbagai bahasa. Ia sangat produktif. Pernah dalam perjalanan Jakarta - Qatar ia menulis satu buah buku di atas pesawat. Ulama yang kini memipin persatuan ulama dunia itu memang sudah semakin renta tapi tidak pernah surut semangatnya untuk berkarya.
Kalau Dr. Yusuf Al Qardawi menjadi pimpinan Ulama dunia masa ini, maka yang satu ini lain lagi ceritanya. Ia digelari sebagai Addaiyyah al kabirah, sang dai dan penyeru umat yang agung. Berkali-kali raja Saudi memintanya agar menetap di negerinya untuk mengajarkan Islam. Ia menolak dengan alasan Mesir adalah bumi Jihad. Ia memperjuangkan Islam Lewat organisasi dunia Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Mesir. Keinginan Raja Saudi itu baru terwujud ketika beliau meninggal. Jasadnya dibawa ke sana untuk dimakamkan di Baqi’ dengan para syuhada perang Uhud.
Dia juga sama dengan Dr. Yusuf, tangannya selalu gatal untuk menulis. Dan saksikanlah sendiri buku-bukunya dipajang hampir di semua etalase toko buku negeri ini. Itulah syaikh Muhammad Al Gazali. Guru Dr. Yusuf Al Qaradawi.
Itu kisah Abad kita. Tidak sempurna rasanya jika kita tidak melihat contoh dari generasi terbaik umat ini. Siapa lagi kalau bukan Rasulullah dan para sahabatnya.
Sebenarnya Umar tidak jauh beda dengan Abu Jahal. Ia awalnya sama. Tidak pernah dunia mengenal dan memperhitungkan posisi mereka. Tapi akhirnya sejarah mencatat bahwa Umar adalah pemimpin besar yang menguasai sepertiga dunia saat jadi khalifah. Adapun Abu Jahal mati hanya sebagai pimpinan perang sebuah kelompok kecil berjumlah seribuan orang.
Perbedaannya terletak pada pilihan takdir mereka. Umar memilih ikut pada Rasulullah. Dan Rasulullah sebagaimana misinya adalah mencetak manusia maka jadilah Umar sebuah karya monumentalnya.
Umar dan sahabat-sahabat lainnya tiada lain adalah hasil karya Rasulullah saw. Ini semua isyarat tersurat dari Rasulullah betapa kita harus terus berkarya. Dan karya terbaik sebagaimana ia contohkan adalah manusia. Cetaklah manusia sebanyak-banyaknya, sebab hanya dengan itulah risalah akan terus tersampaikan.
Akhirnya saya pun sangat faham rahasia jawaban Hasan Al Banna saat ditanya, mengapa engkau tidak menulis buku? Beliau menjawab, la uallifu kitaban liannani uallifu rijalan, saya tidak menulis buku sebab saya menulis manusia. Biarlah mereka yang menulis buku.
Dr. yusuf Qardawi dan syaikh Gazali pun berkata,”orang yang paling berpengaruh dalam hidupku adalah Hasan Al Banna.”
Dua nama di atas adalah sebuah contoh kecil tentang manusia yang telah ditulis Imam Syahid Hasan Al Banna.
Ribuan bahkan jutaan manusia lain hasil tulisannya menunggu antri untuk kita bacai keagungan dan teladannya. Lalu kita mesti bertanya, berapa anak manusia yang telah kutulis? Sebab merekalah yang betul-betul menjadi anakmu. Anakmu dunia dan akhirat.
Kairo, 2010
Ahsanur Ahmad